✨ Contoh Af Al Allah
1 Tajalli Af'al Tajalli Af'al (perbuatan) lenyapnya af'al seorang hamba dan yang ada hanya af'al Allah SWT. Af'al yang hakiki adalah Af"al Allah. Segala sesuatu yang ada ini pada hakikatnya adalah hasil af'al Allah, yang dilakukan oleh makhluknya merupakan sunatullah semata. Sunatullah yang merupakan sebab dan akibat
Salahsatu contoh adalah Allah menciptakan nyamuk, dan nyamuk diciptakan hanya untuk berbuat jahat yaitu menghisap darah. Tapi walaupun hanya menghisap darah, nyamuk tetap mempunyai manfaat.
T3T4- Sifat Dan Af'al Allah - 31-03-2020 | PDF. ipincom. AF'AL ALLAH DAN AF'AL IBAD. Kajian Ramadan Bersama Guru Zuhdi, Setiap Perbuatan Makhluk Menunjuk Af'al Allah SWT - apahabar.com. Af'alul Khomsah: Pengertian, Contoh dan Tanda I'robnya - khoiri.com. KELAKUAN DAN AF'AL ALLAH PADA BATANG TUBUH - YouTube
Jikaaf'alul khomsah dimasuki huruf nashob, maka dibuang nun akhirnya. Contohnya: اَنْ يَفْعَلَا, اَنْ تَفْعَلَا, اَنْ يَفْعَلُوْا, اَنْ تَفْعَلُوْا, اَنْ تَفْعَلِيْ Contohnya di dalam Al Quran, ada di bawah ya. Mengapa Fi'il Mudhari Menjadi Manshub? Fiil mudhari menjadi manshub, karena dimasuki oleh amil nawashib.
CONTOHPERBENDAHARAAN KATA ARAB DALAM PENDIDIKAN SYARIAH ISLAMIAH Setiap kejadian yang berlaku di alam ini dengan kehendak dan iradat Allah. 2 Af'al al-'Ibad Setiap perbuatan dan tindakan manusia bergantung kepada usaha dan ikhtiar manusia sendiri. 3 'Asabah Ahli waris yang menerima harta pusaka si mati yang tidak ditentukan kadarnya.
soaljawab ke 61-62: apa contoh-contoh sifat al af'al atau perbuatan allah azzawajal dari ayat-ayat al-qur'an? apa contoh-contoh sifat al af'al atau perbuatan allah azzawajalla dari sunnah nabi shallallahu alaihi wa sallam?
Contohnyayaitu: نحو وَهَبَنِيْ اللهُ فِدَاءَ الْمُخْلِصِيْنَ Allah menjadikanku sebagai tebusan bagi orang-orang yang ikhlash Ketentuan Af'al at-Tahwil Fi'il-fi'il yang disebutkan di atas me- nashab- kan dua maf'ul jika fi'il-f'il tersebut bermakna "صَيَّرَ" ( merubah/menjadikan) yang menunjukkan pada perubahan situasi atau keadaan.
Sifatdan Af 'al Allah. Sifat dan perbuatan atau af'al Allah terangkun di dalam Asma` al-Husna yakni nama-nama Allah yang indah. Asma` al-Husna atau nama-nama Allah yang indah dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, kelompok nama-nama Allah yang menggambarkan kelembutan, kesantunan, cinta dan kasih sayang.
Adanyabumi, langit, manusia, malaikat, jin, surga, neraka dan yang lainnya merupakan Af'al Allah. Firman Allah : "Allah yang menjadikan kamu dan apa yang kamu perbuat." (QS. ash shaffat : 96). Ketahuilah bahwa untung baik (seperti beriman) dan untung jahat (seperti kafir) semuanya sudah ditetapkan oleh Allah.
. Aqidah Ahlul Sunnah Dalam Bab Af'al Al-Ibad OLEH Abu Amru Radzi Othman AQIDAH AHLUL SUNNAH DALAM BAB AF'AL AL IBAD Ahlul Hadis tidak berpendapat seperti Qadariyah yang kemudian diwarisi oleh Mu'taazilah lalu akhirnya diikuti oleh Maturidiyah Samarkhand yang didirikan oleh Imam Maturidi. Tidak juga mengikut ajaran Jabariyah yang kemudiannya dianut oleh Asyaariyah dan kemudian Maturidiyah Bukhara. Untuk mengetahui bagaimana keyakinan Asli Ahlul Sunnah dalam bab Perbuatan Manusia atau Af'al al Ibad, maka boleh dilihat pada beberapa kitab aqidah ulama salaf as soleh dan khususnya kitab Imam Al Bukhari dengan tajuk Khalqu Af'al Al Ibad. Pernah terjadi dalam catatan sejarah dan ini diakui oleh seluruh penganut Asyaariyah bahawa Qadi mereka pernah memenjarakan anak murid Ibnu Taimiyyah iaitu Al Hafiz Al Mizzi kerana beliau mengajarkan kitab Imam Al Bukhari tersebut di Masjid Besar Umawiyah di Damsyik! Ketika mana Al Mizzi membacakan dan mengajar masyarakat Damsyik terhadap aqidah Ahlul Sunnah yang beliau petik dari Amirul Mukminin fil Hadis iaitu Imam Al Bukhari maka para penganut Asyaariyah berkata "Al Mizzi sedang membantah paham kita" maka mereka melaporkan kepada Qadi lantas Al Mizzi dipenjara! Syeikul Islam Imam Ismail As Shabuni berkata dalam kitab aqidahnya yang berjodol Aqidah Salaf Ashabul Hadis pada bab Keyakinan Ahlul Sunnah Wal Jamaah Bahawa Perbuatan Hamba Adalah Makhluk "Diantara keyakinan Ahlul Sunnah Wal Jamaah dalam masalah perbuatan hamba , bahawasanya perbuatan hamba adalah makhluk Allah Ta'ala. mereka tidak berselisih tentang masalah ini dan mereka tidak menganggap termasuk dari Ahlul Sunnah dan orang yang beragama dengan benar bagi orang yang mengingkari dan menolak pendapat ini" Kemudian pada bab Kehendak Allah Azza Wajalla, Imam As Shabuni menulis "Demikian juga termasuk mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahawa Allah azza wa jalla berkehendak atas semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, yang baik maupun yang jelek. Tidak ada seorang pun yang beriman kecuali dengan kehendakNya. Dan tidak ada seorangpun yang kafir kecuali dengan kehendakNya. Jika Allah menghendaki, nescaya Allah jadikan mereka satu umat, sebagaimana firman Allah "Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya..” Yunus 99 Kalau Allah menghendaki untuk tidak terjadi kemaksiatan, Allah tidak ciptakan Iblis. Maka kekufuran orang yang kafir, keimanan orang yang beriman, semuanya terjadi kerana ketentuan, takdir, keinginan dan kehendakNya. Dan Allah menghendaki semuanya itu dan mentakdirkannya. Namun Allah meridhai keimanan dan membenci kekufuran dan kemaksiatan. Allah berfirman "Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan iman kamu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, nescaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu" Az-Zumar 7 Aqidah Salaf Ashabul Hadis Oleh itu ASWJ menetapkan bahawa perbuatan manusia secara hakikatnya adalah dilakukan oleh manusia itu sendiri, bukannya Allah. Kerana itu Imam As Shabuni berkata bahawa perbuatan manusia adalah makhluk. Sesungguhnya manusia memiliki kemahuan dan manusia telah dibekali oleh Allah dengan daya untuk berbuat sesuatu. Kemudian Allah telah memberikan manusia pilihan untuk membuat perbuatan yang baik dan buruk. Walaupun Allah memberikan kebebasan manusia untuk memilih, namun Allah tetap berkeinginan agar manusia berbuat kebaikan dan meninggalkan kejahatan, kerananya Allah mengingatkan manusia akan balasan syurga dan neraka. Namun yang menentukan adalah diri manusia dimana manusia akan menurut kemahuannya sendiri. Beruntunglah jika kemahuan manusia itu selari dengan kemahuan Allah. Dalam bahasa yang mudah, manusia mempunyai masyiah kehendak serta qudrah kemampuan, demikian juga bahawa Allah memiliki masyiah kehendak serta qudrah kemampuan, namun manusialah yang akan menentukan perbuatan yang akan dia lakukan. Namun perlu diketahui dan diyakini bahawa kehendak serta kemampuan manusia akan terjadi dengan masyiah kehendak serta qudrah kemampuan Allah. Allah berfirman "bagi siapa di antara kamu yang mahu menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam" QS. at-Takwir 28-29 Dengan demikian, adalah sesat pendapat orang yang mengatakan bahawa manusia itu terpaksa atas perbuatannya, tidak mempunyai iradah kemahuan dan qudrah kemampuan. Sesat pula pendapat orang yang mengatakan bahawa manusia dalam perbuatannya ditentukan oleh kemauan serta kemampuannya, kehendak serta takdir Allah tidak ada pengaruhnya sama AHLUL HADIS WAL ATSAR DALAM MASALAH TAQDIR Prinsip 1Beriman bahawa Allah mengetahui segala sesuatu secara global mahupun terperinci baik yang terkait dengan perbuatan-Nya mahupun perbuatan para hamba-Nya. Kita juga wajib mengimani bahawa Allah telah menulis hal itu di Lauh Mahfuzh. Prinsip 2Beriman bahawa seluruh yang terwujud dengan kehendak Allah, baik yang berkaitan dengan perbuatan-Nya mahupun perbuatan makhluk-Nya. Prinsip 3Beriman bahawa seluruh yang ada, zatnya, sifatnya, dan geraknya diciptakan oleh Allah. Prinsip 4Beriman kepada takdir tidak menafikkan kehendak dan kemampuan manusia. Di sinilah perbezaan antara Ahlul Sunnah dengan Asyaariyah dan golongan sesat yang lain. Prinsip 5Beriman kepada takdir bukan alasan untuk meninggalkan kewajiban atau untuk mengerjakan maksiat. Prinsip 6Keimanan yang benar terhadap takdir Allah memiliki buah yang baik bagi pelakunya. Diantara buahnya adalah Bersabar ketika musibah melanda dan bersyukur ketika mendapat nikmat. Sedar bahawa kejayaan atau keburukan semuanya diatas kehendak dan takdir Allah Mengetahui bahawa kemaksiatan yang dia lakukan akan dibalas dosa dan kebaikan yang dia lakukan akan diberi pahala ___________________________ ~ Abu Amru Radzi Othman ~ Lajnah Makalah Agama _____________________________
Oleh Kurniawan Nata Dipura Editor Saeful Ramadhan Menempel di badan ia bernama baju, ada dijendela bernama gorden, tergerai dikasur dipanggil seprai melekat dikaki, di debut celana, Baju, Gorden, Seprai dan Celana asalnya dari Kain, Kain tertenun dari Benang, dan benang asalnya dipintal dari KAPAS, ibarat meja, Lemari, Pintu, kursi, bangku, wujud dan nama saja berbeda namun semua terbuat dari KAYU lah asalnya. Adalah Ke-Esa-an Allah pada segala perbuatan. Ketahuilah oleh engkau wahai salik bahwa segala perbuatan apapun yang terjadi dan berlaku di dalam alam ini pada hakikatnya adalah Af’al Perbuatan Allah ta’ala, sama saja perbuatan itu baik maupun jahat adalah perbuatan Allah jua. – Perbuatan baik, yaitu perbuatan yang baik pada rupa dan pada hakikatnya, seperti iman dan takwa. – Perbuatan Jahat, yaitu perbuatan yang jahat pada rupa tapi tidak pada hakikatnya, seperti kafir dan maksiat. Kafir dan maksiat pada hakikatnya baik juga karena terbit dari yang baik yaitu dari Allah. Dan tiap-tiap yang terbit dari Allah itu baik. Ingatlah bahwa segala yang terjadi di alam semesta ini pasti ada manfaatnya, karena Allah tidak menjadikan sesuatu dengan sia-sia. Salah satu contoh adalah Allah menciptakan nyamuk, dan nyamuk diciptakan hanya untuk berbuat jahat yaitu menghisap darah. Tapi walaupun hanya menghisap darah, nyamuk tetap mempunyai manfaat. “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini? Dengan itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan itu selain orang-orang fasik.” “Tidaklah Engkau jadikan semua ini dengan sia-sia, maha suci Engkau.” Cara Musyahadah menyaksikan Tauhid Af’al adalah, yaitu Engkau syuhud pandang/saksikan dan diyakinkan di dalam hati bahwa segala perbuatan yang menurut kita baik dan jahat itu semua terbit dari Allah. Jadi kenalilah dan saksikanlah bahwa Allah ta’ala itulah pelaku dibalik segala af’al perbuatan yang terjadi di alam semesta ini. Dalil yang menunjukkan bahwa segala perbuatan itu terbit dari Allah dan tidak dari selain-Nya, yaitu; shoffat96; “Allah yang menjadikan kamu dan apa yang kamu perbuat.” Syekh sulaiman Al Jazuli rohimahullah menjelaskan dalam kitab dalailul khoirot, bahwa “Tidak ada dari seseorang dan dari seluruh hamba-Nya suatu perkataan, perbuatan, gerak dan diam melainkan sudah lebih dahulu pada ilmu pengetahuan Allah ta’ala, Qodho dan Qodrat ketentuan dan kehendak Nya.” “Katakanlah, tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.” “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab laughul mahfuz sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” Dan dalil-dalil lainnya; 841, 1192; “Allah ta’ala berfirman dengan perkataan yang sama, yaitu; Dan Allah meliputi apa yang kamu kerjakan.” “Tidaklah kamu yang melempar tetapi Allah-lah yang melempar ketika engkau melempar.” “Dialah Allah yang menjadikan kamu dapat berjalan didaratan.” “Yang telah mejadikan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku.” “Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” Dan sabda nabi Muhammad saw; “Laahaula wala quwwata illa billahil Aliyyil Adziim / Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang maha tinggi, maha agung.” Dan lagi sabda nabi saw; “Laa tataharroka dzarrotun illaa bi iznillah / Tiada bergerak suatu zarroh pun melainkan dengan izin Allah.” Dan sabda nabi saw; “Sesungguhnya Allah yang menjadikan semua pekerja dan pekerjaannya.” HR. Al Hakim. Dan suatu isyarat dari nabi kita Muhammad saw, yaitu tidak pernah mendo’akan kehancuran kaum Quraisy yang telah menyakiti dirinya. Hal ini karena beliau musyahadah memandang bahwa perbuatan itu dari Allah. Dan Allah berfirman kepada nabi Muhammad saw di “Dan janganlah engkau sedih oleh perkataan meraka. Sungguh, kekuasaan akan perkataan mereka itu seluruhnya milik Allah. Dia maha mendengar, maha mengetahui.” Apabila engkau senantiasa musyahadah menyaksikan yang seperti yang demikian ini dengan penuh keyakinan, niscaya engkau terlepas dari bahaya syirik khofi dan mendapat maqom wihdatul af’al yang artinya meng-Esa-kan Allah ta’ala pada segala perbuatan sehingga fana’ lenyap segala perbuatan makhluk termasuk perbuatan dirinya, karena nyatanya perbuatan Allah yang Maha Nyata. Jadi, engkau saksikan dengan jelas bahwa segala wujud majazi ini hilang sirna dan lenyap tiada arti dibawah Nur Wujud Allah yang sebenarnya. Seperti tiada arti cahaya lilin yang dinyalakan dibawah Cahaya Wujud Matahari. Dari berbagai uraian ini, maka kita ketahui bahwa sama saja perbuatan itu baik ataupun jahat pada hakikatnya dari Allah ta’ala jua. Dalil yang menunjukkan akan hal ini didasarkan atas hadits nabi saw, di dalam do’a beliau; “Allahumma innii audzu bika minka / yaa Allah, Aku berlindung dengan Engkau dari Engkau.” HR. Abu Daud dari Ali bin Abi tholib Dan dalam riwayat lain nabi bersabda; “Allahumma inni audzu bika min syarri maa kholaq / Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan yang engkau jadikan.” Dan hal ini juga sesuai firman Allah “Qul a’udzu bi robbil falaq, min syarri ma kholaq / Katakanlah aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh dari kejahatan yang Dia jadikan.” Maka kalau sekiranya kejahatan itu bukan dijadikan Allah, maka tidak mungkin nabi mengucapkan do’a demikian. Jadi, jelaslah bahwa perbuatan baik dan jahat pada hakikatnya dari Allah. Dan Dalil-dalil lainnya; Qs. Annisa’ 4 78; “Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh. JIKA MEREKA MEMPEROLEH KEBAIKAN, MEREKA MENGATAKAN “INI DARI ALLAH”, DAN JIKA MEREKA MENDAPAT KEBURUKAN MEREKA MENGATAKAN, “INI DARI ENGKAU”. KATAKANLAH SEMUANYA DARI ALLAH. MAKA MENGAPA ORANG-ORANG ITU ORANG-ORANG MUNAFIK HAMPIR-HAMPIR TIDAK MEMAHAMI PEMBICARAAN INI SEDIKITPUN?” Qs. Al-A’rof 7131; “Kemudian apabila KEBAIKAN datang kepada mereka, mereka berkata, “ini adalah karena usaha kami”. Dan jika mereka mendapat KESUSAHAN, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya. KETAHUILAH, SESUNGGUHNYA NASIB MEREKA DITANGAN ALLAH, namun kebanyakan mereka tidak mengetahui.” “Dan jika Allah menimpakan suatu Bencana keburukan/kejahatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki Kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan Kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba Nya. Dia maha pengampun, maha penyayang.” “Mereka menjawab, kami mendapat nasib yang Buruk disebabkan oleh kamu dan orang-orang yang bersamamu. Dia berkata, “Nasibmu ada pada Allah, tetapi kamu adalah kaum yang sedang diuji”. “Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka manusia TIDAK ADA PILIHAN. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” “Katakanlah, siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia menghendaki Bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu? Mereka itu tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.” “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? KAMILAH YANG MENENTUKAN KEHIDUPAN MEREKA DALAM KEHIDUPAN DUNIA, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. ” “Dan hanya milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha pengampun, maha penyayang.” “Tidak ada suatu Musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah.” Sebagian Arifbillah membuat perumpamaan untuk memahami hal ini, yaitu seperti; Wayang yang dimainkan oleh dalang dengan berbagai macam gerak. Jadi wayang itu tidak mempunyai perbuatan sendiri, dan berbagai macam gerak wayang itu adalah mazhar kenyataan dari dalang itu sendiri. Maka seperti itulah antara hamba dengan Tuhannya. Walaupun segala perbuatan, gerak dan kejadian pada hakikatnya adalah dari Allah jua, maka janganlah engkau melanggar syariat nabi kita Muhammad saw dan tetap teguhlah dalam Takwa mengerjakan segala yang diperintahkan Allah dan Rosul-Nya serta menjauhi segala yang dilarang-Nya. Jadi janganlah sekali-kali menafsirkan bahwa gugur taklif syara’ tidak ada kewajiban hukum syariat. Apabila engkau beiktiqod berkeyakinan demikian, jadilah engkau kafir zindik. Na udzubillahi min dzalik. Oleh karena itu, istiqomahlah dalam melaksanakan syariat nabi Muhammad saw dan juga tetaplah engkau Musyahadah dengan mata hatimu secara terus menerus berkekalan bahwa segala Kebaikan dan Keburukan adalah dari Allah jua. Sehingga lepaslah engkau dari syirik khofi syirik yg halus tidak kelihatan. Apabila engkau memandang diri masih merasa ada suatu perbuatan pun, maka itulah syirik khofi walaupun engkau tidak berbuat syirik jalli syiri yang nyata. Allah ta’ala berfirman; “Sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan masih dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan memandang Wujud dan perbuatan selain Allah.” Karena itulah sayyid umar bin Al Farid rohimahullah berkata; “Andaikata terlintas didalam fikiranku suatu kehendak yang lain dari Mu karena lalai lupa, maka aku sebut diriku ini dengan murtad”. Dan syekh Abu Abbas Al Mursi rohimahullah berkata; “Andaikata aku terhijab terlupa dari Tuhanku meskipun sekejap mata, maka tidaklah lagi aku termasuk manusia”. Jadi, engkau disebut musyrik apabila engkau tidak mengikuti jalan mukmin yang sebenarnya. Dan jalan mukmin itu adalah memandang bahwa Tiada yang berbuat, yang hidup, dan yang Maujud dalam wujud ini hanya Allah ta’ala sendiri. Maka apabila engkau mengikuti jalan mukmin yang sebenarnya barulah engkau disebut mukmin yang benar dan lepaslah engkau dari syirik khofi, serta keluarlah engkau dari yang disebut Allah dengan musyrik. Dan jadilah engkau Ahli Tauhid yang benar yang disegerakan surga di dalam dunia ini. Serta patutlah atas engkau dimuliakan oleh Allah dalam akhirat. Allah ta’ala berfirman; Qs. Arrohman46; “Dan dua surga bagi siapa saja yang takut saat menghadap Tuhannya.” Surga pertama adalah surga Musyahadah menyaksian Allah yang di dapat dari Ma’rifatullah di dunia ini. Surga kedua adalah surga Akhirat yang disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam alqur’anul karim. Syekh Al alimul Allamah Al Bahrur Ghoriq Marlan Abdullah ibnu Hijazi As Syarqowi Al Mishri rohimahullah, berkata; “Barang siapa yang telah memasuki surga ma’rifatullah di dunia ini, niscaya tiada berhasrat lagi kepada surga akhirat yang berupa bidadari, istana, dan segala sesuatu yang disana. Hasratnya hanya ingin sedekat-dekatnya pada hadirat Allah dan Rukyatullah melihat Allah. Maka nikmat yang paling tinggi di akhira adalah Rukyatullah, sebagaimana firman Allah; “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri, melihat Tuhannya.” Jadi jauh sekali perbedaannya antara nikmat Rukyatullah melihat Allah dibandingkan nikmat seperti bidadari, istana, dan segala sesuatu yang ada disana. Begitu pula tentang Musyahadah menyaksikan Allah di dunia ini dalam arti ma’rifatullah yang telah terbuka pada hati orang-orang yang Arifbillah, itu hanya sebagian kecil saja dibandingkan dengan Rukyatullah di akhirat kelak. Walaupun demikian, niscaya mereka akan mendapatkannya karena mereka telah menyaksikan Allah di dunia ini. Seperti firman Allah “Barang siapa buta didunia ini, maka di akherat lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” Dari ayat ini, dapat kita ketahui bahwa mereka para Arifbillah telah mendapat jaminan dari Allah karena mereka tidak buta terhadap-Nya di dunia ini. Suatu perkataan dari Arifbillah Maulana syekh Abdul Wahab Sya’roni qoddasallahu sirrahu dalam kitab jawahirul wad daruri, ia menukil dari perkataan syekh Al Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi rohimahullah, yaitu bahwa; Segala Akwan keadaan/kejadian ini adalah dinding yang mendidingi kita dari HAQ ta’ala. Padahal hanya HAQ ta’ala inilah yang berbuat dibalik hijab semua akwan ini. Seperti; bayang-bayang kayu di dalam air sungai yang seakan-akan merintangi jalannya perahu. Adapun perahu yang tidak mau melewatinya, karena menyangka itu kayu yang sebenarnya, maka ia telah terhijab. Jadi barang siapa terbuka hijab niscaya dilihatnya bahwa yang berbuat pada segala perbuatan itu adalah Allah ta’ala sendiri. Dan barang siapa tidak terbuka hijab, maka ia terdinding dari akwan ini, sehingga ia tidak mampu memandang Fa’il pelaku yang sebenarnya yaitu Allah. Makhluk Tuhan di dunia ini merupakan perwujudan kasih sayang-Nya, dan bukan kemarahan-Nya. Karenanya dunia tidak dilumuri dosa sebelumnya. Di dalam neraka-Nya, kenikmatan juga akan dirasakan oleh makhluk-Nya. Syekh Al Akbar Ibnu Arabi menerangkan bahwa kata Azab siksa berasal dari kata Adzb lezat, artinya bahwa dari siksa akan lahir kenikmatan. Ikan memang harus di air, sedang salamander harus berada dalam api, keduanya tidak mungkin bertukar tempat. Mereka bagaikan penderita penyakit kudis yang dikupas bagian terluar lukanya, di dalamnya masih akan ditemukan kenikmatan, dan mereka bagaikan seorang sakit yang memang harus minum obat pahit, untuk menghilangkan rasa sakit. Renungkanlah karena masalah ini indah sekali. Berkaitan dengan Tauhidul Af’al, Arifbillah maulana Quthubul syekh muhyidin Al Akbar Ibnu Arabi rohimahullah, menjelaskan tentang firman Allah ta’ala; “Allah setiap saat dalam kesibukan.” Hal ini berarti bahwa setiap saat alam semesta dan diri kita ini selalu mengalami perubahan, karena Allah setiap saat terus menerus sibuk dalam menciptakan sampai saat ini pun. “Akan tetapi kebanyakan manusia ragu terhadap ciptaan baru Pada saat kita terhijab belum mengetahui bahwa segala perbuatan itu dari Allah, kita menyangka bahwa setiap perbuatan itu dari kita dan untuk kita sendiri. Maka itu berarti, Allah memberi suatu cobaan dengan menyandarkan perbuatan itu kepada kita, sehingga kita menyangka bahwa kita yang berbuat. Dan apabila kita telah masuk kehadirat ihsan beribadah seakan-akan melihat Allah dan terbuka dinding hijab antara kita dengan Allah, niscaya kita lihat bahwa segala perbuatan itu sebenarnya terbit bersumber dari Allah ta’ala sendiri dan kita sebenarnya tidak melakukan suatu perbuatan pun. Hal ini seperti sabda nabi Muhammad saw; “Laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil azhiim / Tidak ada daya upaya usaha dan kekuatan untuk berbuat kecuali dengan Allah yang maha tinggi, maha agung.” Kemudian apabila kita sampai kepada Musyahadah ini, maka takwa lah kita dengan tetap istiqomah dalam pegangan pendirian syara’ yaitu Adab akhlak kita kepada Allah..
contoh af al allah